Manusia
Indonesia menempati posisi sentral dan strategis dalam pelaksanaan
pembangunan nasional, sehingga diperlukan adanya pengembangan sumber
daya manusia (SDM) secara optimal. Pengembangan SDM dapat dilakukan
melalui pendidikan mulai dari dalam keluarga, hingga lingkungan sekolah
dan masyarakat.
Salah satu
SDM yang dimaksud bisa berupa generasi muda (young generation) sebagai
estafet pembaharu merupakan kader pembangunan yang sifatnya masih
potensial, perlu dibina dan dikembangkan secara terarah dan
berkelanjutan melalui lembaga pendidikan sekolah. Beberapa fungsi
pentingnya pendidikan sekolah antara lain untuk :
- Perkembangan pribadi dan pembentukan kepribadian,
- Transmisi cultural,
- Integrasi social,
- Inovasi,
- Pra seleksi dan pra alokasi tenaga kerja ( Bachtiar Rifai).
Dalam hal ini jelas bahwa tugas pendidikan sekolah
adalah untuk mengembangkan segi-segi kognitif, afektif dan psikomotorik
yang dapat dikembangkan melalui pendidikan moral. Dengan memperhatikan
fungsi pendidikan sekolah di atas, maka setidaknya terdapat 3 alasan
penting yang melandasi pelaksanaan pendidikan moral di sekolah, antara
lain :
- Perlunya karakter yang baik untuk menjadi bagian yang utuh dalam diri manusia yang meliputi pikiran yang kuat, hati dan kemauan yang berkualitas, seperti : memiliki kejujuran, empati, perhatian, disiplin diri, ketekunan, dan dorongan moral yang kuat untuk bisa bekerja dengan rasa cinta sebagai ciri kematangan hidup manusia.
- Sekolah merupakan tempat yang lebih baik dan lebih kondusif untuk melaksanakan proses belajar mengajar.
- Pendidikan moral sangat esensial untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan membangun masyarakat yang bermoral (Lickona, 1996 , P.1993).
Pelaksanaan
pendidikan moral ini sangat penting, karena hampir seluruh masyarakat di
dunia, khususnya di Indonesia, kini sedang mengalami patologi social
yang amat kronis. Bahkan sebagian besar pelajar dan masyarakat kita
tercerabut dari peradaban eastenisasi (ketimuran) yang beradab, santun
dan beragama. Akan tetapi hal ini kiranya tidak terlalu aneh dalam
masyarakat dan lapisan social di Indonesia yang hedonis dan menelan
peradaban barat tanpa seleksi yang matang. Di samping itu system
[pendidikan Indonesia lebih berorientasi pada pengisian kognisi yang
eqivalen dengan peningkatan IQ (intelengence Quetiont) yang walaupun
juga di dalamnya terintegrasi pendidikan EQ (Emotional Quetiont).
Sedangkan warisan terbaik bangsa kita adalah tradisi spritualitas yang
tinggi kemudian tergadai dan lebih banyak digemari oleh orang lain di
luar negeri kita, yaitu SQ (Spiritual Quetiont). Oleh sebab itu, perlu
kiranya dalam pengembangan pendidikan moral ini eksistensi SQ harus
terintegrasi dalam target peningkatan IQ dan EQ siswa.
Akibat dari hanyutnya SQ pada pribadi masyarakat dan siswa pada umumnya menimbulkan efek-efek social yang buruk. Bermacam-macam masalah sosial dan masalah-masalah moral yang timbul di Indonesia seperti :
Pada sisi lain, dewasa ini pelaksanan pendidikan moral di sekolah diberikan melalui pembelajaran pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) dan Pendidikan agama akan tetapi masih tampak kurang pada keterpaduan dalam model dan strategi pembelajarannya Di samping penyajian materi pendidikan moral di sekolah, tampaknya lebih berorientasi pada penguasaan materi yang tercantum dalam kurikulum atau buku teks, dan kurang mengaitkan dengan isu-isu moral esensial yang sedang terjadi dalam masyarakat, sehingga peserta didik kurang mampu memecahkan masalah-masalah moral yang terjadi dalam masyarakat Bagi para siswa,adalah lebih banyak untuk menghadapi ulangan atau ujian, dan terlepas dari isu-isu moral esensial kehidupan mereka sehari-hari. Materi pelajaran PPKn dirasakah sebagai beban, dihafalkan dan dipahami, tidak menghayati atau dirasakan secara tidak diamalkan dalam perilaku kehidupan hari-hari.
Dalam upaya untuk meningkatkan kematangan moral dan pembentukan karakter siswa. Secara optimal ,maka penyajian materi pendidikan moral kepada para siswa hendaknya dilaksanakan secara terpadu kepada semua pelajaran dan dengan mengunakan strategi dan model pembelajaran secara terpadu, yaitu dengan melibatkan semua guru, kepala sekolah ,orang tua murid, tokoh-tokoh masyarakat sekitar. Dengan demikian timbul pertanyaan, bahan kajian apa sajakah yang diperlukan untuk merancang model pembelajaran pendidikan moral dengan mengunakan pendekatan terpadu ?
Untuk mengembangkan strategi dan model pembelajaran pendidikan moral dengan menggunakan pendekatan terpadu ,diperlukan adanya analisis kebutuhan (needs assessment) siswa dalam belajar pendidikan moral. Dalam kaitan ini diperlukan adanya serangkaian kegiatan, antara lain :
Penulis : Lewa Karma
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia IKIP N Singaraja
Sekretaris Umum LPICS (Lembaga Pendidikan Insan Cita Singaraja)
Akibat dari hanyutnya SQ pada pribadi masyarakat dan siswa pada umumnya menimbulkan efek-efek social yang buruk. Bermacam-macam masalah sosial dan masalah-masalah moral yang timbul di Indonesia seperti :
- Meningkatnya pembrontakan remaja atau dekadensi etika/sopan santun pelajar,
- Meningkatnya kertidakjujuran, seperti suka bolos, nyontek, tawuran dari sekolah dan suka mencuri,
- Berkurangnya rasa hormat terhadap orang tua, guru, dan terhadap figur-figur yang berwenang,
- Meningkatnya kelompok teman sebaya yang bersifat kejam dan bengis,
- Munculnya kejahatan yang memiliki sikap fanatik dan penuh kebencian,
- Berbahasa tidak sopan,
- Merosotnya etika kerja,
- Meningkatnya sifat-sifat mementingkan diri sendiri dan kurangnya rasa tanggung jawab sebagai warga negara,
- Timbulnya gelombang perilaku yang merusak diri sendiri seperti perilaku seksual premature, penyalahgunaan mirasantika/narkoba dan perilaku bunuh diri,
- Timbulnya ketidaktahuan sopan santun termasuk mengabaikan pengetahuan moral sebagai dasar hidup, seperti adanya kecenderungan untuk memeras tidak menghormati peraturan-peraturan, dan perilaku yang membahayakan terhadap diri sendiri atau orang lain, tanpa berpikir bahwa hal itu salah (Koyan, 2000, P.74).
Pada sisi lain, dewasa ini pelaksanan pendidikan moral di sekolah diberikan melalui pembelajaran pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) dan Pendidikan agama akan tetapi masih tampak kurang pada keterpaduan dalam model dan strategi pembelajarannya Di samping penyajian materi pendidikan moral di sekolah, tampaknya lebih berorientasi pada penguasaan materi yang tercantum dalam kurikulum atau buku teks, dan kurang mengaitkan dengan isu-isu moral esensial yang sedang terjadi dalam masyarakat, sehingga peserta didik kurang mampu memecahkan masalah-masalah moral yang terjadi dalam masyarakat Bagi para siswa,adalah lebih banyak untuk menghadapi ulangan atau ujian, dan terlepas dari isu-isu moral esensial kehidupan mereka sehari-hari. Materi pelajaran PPKn dirasakah sebagai beban, dihafalkan dan dipahami, tidak menghayati atau dirasakan secara tidak diamalkan dalam perilaku kehidupan hari-hari.
Dalam upaya untuk meningkatkan kematangan moral dan pembentukan karakter siswa. Secara optimal ,maka penyajian materi pendidikan moral kepada para siswa hendaknya dilaksanakan secara terpadu kepada semua pelajaran dan dengan mengunakan strategi dan model pembelajaran secara terpadu, yaitu dengan melibatkan semua guru, kepala sekolah ,orang tua murid, tokoh-tokoh masyarakat sekitar. Dengan demikian timbul pertanyaan, bahan kajian apa sajakah yang diperlukan untuk merancang model pembelajaran pendidikan moral dengan mengunakan pendekatan terpadu ?
Untuk mengembangkan strategi dan model pembelajaran pendidikan moral dengan menggunakan pendekatan terpadu ,diperlukan adanya analisis kebutuhan (needs assessment) siswa dalam belajar pendidikan moral. Dalam kaitan ini diperlukan adanya serangkaian kegiatan, antara lain :
- Mengidentifikasikan isu-isu sentral yang bermuatan moral dalam masyarakat untuk dijadikan bahan kajian dalam proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode klarifikasi nilai,
- Mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran pendidikan moral agar tercapai kematangan moral yang komprehensif yaitu kematangan dalam pengetahuan moral perasaan moral, dan tindakan moral,
- Mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah dan kendala-kendala instruksional yang dihadapi oleh para guru di sekolah dan para orang tua murid dirumah dalam usaha membina perkembangan moral siswa, serta berupaya memformulasikan alternatif pemecahannya,
- Mengidentifikasi dan mengklarifikasi nilai-nilai moral yang inti dan universal yang dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam proses pendidikan moral,
- Mengidentifikasi sumber-sumber lain yang relevan dengan kebutuhan belajar pendidikan moral.
Penulis : Lewa Karma
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia IKIP N Singaraja
Sekretaris Umum LPICS (Lembaga Pendidikan Insan Cita Singaraja)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar